Dosen FIKP Raih Hibah Riset Nasional untuk Penelitian Ekosistem Lamun dengan Teknologi Metabarkoding DNA Lingkungan

Tanjungpinang – Dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH), Aditya Hikmat Nugraha, S.I.K., M.Si., bersama tim berhasil meraih dana hibah riset dan pengabdian nasional dengan topik penelitian “Hubungan Keanekaragaman Biota Asosiasi dengan Tingkat Kesehatan Ekosistem Lamun di Kawasan Konservasi Perairan Timur Pulau Bintan Berdasarkan Metabarkoding DNA Lingkungan”.

Tim peneliti terdiri dari Dr. Arief Pratomo, Indah Kartika, S.Kel., M.Si., dan Tri Apriadi, S.Pi., M.Si.. Proposal penelitian diajukan pada bulan April dan dinyatakan diterima pada bulan Juni 2025. Saat ini penelitian sudah berjalan dan ditargetkan selesai pada bulan September 2025, dengan luaran berupa jurnal internasional bereputasi dan policy brief.

Penelitian dilaksanakan di Perairan Timur Pulau Bintan, meliputi wilayah Pengudang, Malang Rapat, Teluk Bakau, Pulau Beralas Pasir, Pulau Mapur, Pulau Mangkil, dan Pulau Numbing. Lokasi penelitian ini mengacu pada titik Reef Health Monitoring yang sebelumnya (2015–2019) dipantau secara reguler oleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPI bersama FIKP UMRAH melalui program Coremap.

Menurut Aditya, penelitian ini sangat penting mengingat Perairan Timur Pulau Bintan memiliki hamparan padang lamun yang luas dengan keanekaragaman jenis yang tinggi, namun kini menghadapi ancaman akibat aktivitas manusia. Padang lamun dikenal sebagai ekosistem penting yang memberikan banyak jasa ekosistem, termasuk sebagai habitat biota ekonomis seperti kerang-kerangan dan ikan yang dimanfaatkan masyarakat pesisir.

Tujuan penelitian adalah untuk menentukan tingkat kesehatan ekosistem lamun serta hubungannya dengan keanekaragaman biota asosiasi. Tingkat keanekaragaman ini akan dianalisis menggunakan teknologi metabarkoding DNA lingkungan, sebuah metode yang relatif baru digunakan di Indonesia.

“Pemanfaatan metabarkoding DNA lingkungan memungkinkan kami memperoleh informasi tentang keanekaragaman organisme tanpa harus menangkapnya secara langsung. Ini merupakan salah satu kebaruan dalam penelitian kami,” jelas Aditya.

Penelitian ini dirancang untuk dua tahun. Pada tahun pertama fokus pada analisis tingkat kesehatan ekosistem lamun dan keanekaragaman biota asosiasi, sedangkan tahun kedua direncanakan dilakukan pemetaan kondisi ekosistem lamun beserta sebaran biota asosiasi berdasarkan hasil metabarkoding DNA lingkungan.

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan akan tersedia informasi aktual tentang kondisi ekosistem lamun di Timur Pulau Bintan serta strategi pengelolaan yang lebih baik untuk mendukung keberlanjutan sumber daya pesisir.

Laporan Oleh:

Muhammad Fajar Fajri Fardillah,S.Pi.,M.Si

Editor

M. Johar Rudin,S.Pi.,M.Si

Scroll to Top