“Menggegas Kepemimpinan dan Pemberdayaan Ekonomi untuk Perempuan Pesisir yang Lebih Tangguh”
Tanjungpinang, 3 November 2025 — Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) bekerja sama dengan Yayasan Care Peduli dan Yayasan Ecology Kepulauan Riau (YEKR) menyelenggarakan Seminar Umum “The Blue Legacy” di Auditorium Kampus Dompak, Tanjungpinang. Kegiatan ini menjadi bagian dari Diseminasi Program Pemberdayaan Perempuan dan Pemulihan Ekosistem Mangrove Desa Berakit, Kabupaten Bintan — sebuah inisiatif kolaboratif yang memadukan pendekatan sosial, ekonomi, dan ekologi dalam memperkuat ketahanan pesisir berbasis peran perempuan.

Dokumentasi penyampain materi
Program Pemberdayaan Perempuan dan Pemulihan Ekosistem Mangrove Desa Berakit telah dilaksanakan sejak pertengahan 2024 oleh Yayasan Ecology Kepulauan Riau dengan dukungan Yayasan Care Peduli dan Traveloka. Program ini lahir dari keprihatinan terhadap kondisi ekosistem mangrove di Kawasan Konservasi TWP Timur Pulau Bintan yang mengalami tekanan akibat alih fungsi lahan dan eksploitasi sumber daya alam.
Selain memulihkan fungsi ekologis melalui penanaman 50.000 bibit mangrove jenis Rhizophora stylosa, program ini menempatkan perempuan pesisir sebagai pusat perubahan, melalui penguatan kapasitas dan pembentukan empat kelompok masyarakat produktif:
- KUEP Melati (usaha keripik dan ecoprint berbasis bahan alami mangrove),
- KUEP Tenggiri (olahan hasil laut: bakso ikan, kerupuk ikan),
- KUM Panglong (perikanan tangkap), dan
- Pokmaswas Srikandi (ekowisata mangrove dan pengawasan pesisir berbasis masyarakat).
Program ini menggabungkan pendekatan konservasi dan ekonomi sirkular, di mana mangrove dimanfaatkan dalam pembuatan pewarna alami untuk kerajinan ecoprint, serta hasil laut yang diolah menjadi produk bernilai tambah, sambil menjaga fungsi ekologis kawasan pesisir.
Kegiatan Seminar Umum The Blue Legacy diselenggarakan sebagai ajang berbagi hasil capaian, pembelajaran, dan praktik baik dari program tersebut kepada para pemangku kepentingan, akademisi, dan masyarakat umum. Seminar ini menghadirkan empat narasumber lintas sektor, yaitu:
- M. Tahmid, SPi., M.Si selaku Fungsional Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir Ahli MudaDinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau,
- Falmi Yandri, S.Pi., M.Si., Dosen Program Studi Ilmu Kelautan FIKP UMRAH,
- Swiny Adestika, S.Sos., Branding & Public Relations Senior Manager Yayasan Care Peduli, dan
- Rahima Zakia, S.Pi., M.Ling., Fasilitator Lapangan Yayasan Ecology Kepulauan Riau (YEKR).
Acara dimoderatori oleh Karla Amelia, S.Pi., M.Sc., dosen FIKP UMRAH yang juga aktif dalam kegiatan penelitian dan pemberdayaan masyarakat pesisir.

Dokumentasi pembawa moderator
Dalam sambutan pembuka, Dr. Nancy William, Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan UMRAH, yang mewakili Rektor Universitas Maritim Raja Ali Haji menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk nyata implementasi Tridarma Perguruan Tinggi — khususnya pengabdian kepada masyarakat pesisir — melalui dukungan riset dan kolaborasi lintas sektor.

Dokumentasi: Kata sambutan oleh Dr. Nancy William
“FIKP UMRAH berkomitmen menjadikan hasil program seperti ini sebagai model akademik yang dapat direplikasi di kawasan pesisir lainnya di Kepulauan Riau. Perempuan pesisir memiliki potensi luar biasa untuk menjadi pemimpin lingkungan sekaligus motor ekonomi keluarga,” ujarnya.
Bapak M. Tahmid, Fungsional Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir Ahli Muda DKP Provinsi Kepulauan Riau, menekankan bahwa pengelolaan ekosistem mangrove harus selaras dengan kebijakan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Provinsi Kepulauan Riau. Beliau menjelaskan bahwa kawasan mangrove Berakit termasuk dalam zona konservasi pesisir yang berfungsi ekologis dan sosial-ekonomi sekaligus:

Dokumentasi : Penyampaian materi oleh M. Tahmid, SPi., M.Si
“Mangrove adalah aset strategis daerah yang berfungsi sebagai benteng alami pesisir dan penyerap karbon biru. Dalam tata ruang pesisir Kepri, mangrove ditempatkan sebagai kawasan lindung dengan fungsi konservasi dan edukasi berbasis masyarakat. DKP berkomitmen melanjutkan rehabilitasi dan pemantauan luasan mangrove melalui sistem spasial terintegrasi, serta memperkuat partisipasi kelompok masyarakat pesisir dalam pengelolaan berkelanjutan.”
Sementara itu, Swiny Adestika dari Yayasan Care Peduli menjelaskan pentingnya inovasi ekonomi sirkular untuk memastikan keberlanjutan sosial-ekonomi komunitas pesisir:

Dokumentasi : Penyampaian materi oleh Swiny Adestika, S.Sos
“Melalui pendekatan ekonomi sirkular, perempuan pesisir mampu menciptakan produk ramah lingkungan yang memberi nilai ekonomi tanpa merusak ekosistem. Inilah wujud nyata ekonomi berkeadilan yang berbasis pada kelestarian. Selain itu, melalui pendekatan Village Saving and Loan Association (VSLA), perempuan dapat meningkatkan pendapatan hingga 48 % dan lebih stabil secara finansial. Inovasi ekonomi berkelanjutan dimulai dari komunitas yang berdaya.”
Dari sisi lapangan, Rahima Zakia sebagai fasilitator program YEKR menuturkan pengalaman langsung mendampingi masyarakat Desa Berakit:
“Perempuan pesisir kini tidak hanya menanam mangrove, tetapi juga menanam harapan. Mereka belajar mengelola kelompok, membangun usaha, dan menjaga lingkungan. Kami melihat transformasi nyata: dari penerima bantuan menjadi pelaku perubahan.”
Pada kesempatan ini juga ditampilkan produk usaha masing-masing kelompok, dimana KUEP Melati menampilkan produk makanan tradisional berakit seperti dodol, kue bangkit, deram-deram, keripik serta produk kerajinan ecoprint. Dan untuk KUEP Tenggiri produk yg mereka tampilkan adalah keripik ikan, bakso ikan serta olahan abon ikan. Produk usaha kelompok ini merupakan salah satu capaian program dalam mewujudkan ketahanan pangan pesisir yang telah dilaksanakan selama satu tahun terakhir.
Sedangkan Falmi Yandri, akademisi UMRAH, memaparkan konsep Community-Based Management (CBM) dan Edu-Ekowisata Berperspektif Gender sebagai pendekatan pengelolaan mangrove yang menempatkan masyarakat, khususnya perempuan, sebagai pelaku utama konservasi dan edukasi. Menurutnya, keberhasilan rehabilitasi ekosistem tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah, tetapi juga pada keterlibatan aktif masyarakat lokal yang memiliki pengetahuan ekologis dan rasa kepemilikan terhadap sumber daya pesisir. Dalam model edu-ekowisata, perempuan dapat berperan sebagai pemandu wisata edukatif, pengrajin produk ramah lingkungan, dan pelatih konservasi, sehingga kegiatan pelestarian alam berjalan seiring dengan peningkatan ekonomi keluarga.
“Ketika perempuan dilibatkan secara penuh, konservasi menjadi lebih berkelanjutan. Mereka tidak hanya menanam mangrove, tetapi juga menanam pengetahuan dan kesejahteraan.”
Melalui forum ini, seluruh mitra bersepakat untuk melanjutkan upaya kolaboratif dalam memperkuat ketahanan pesisir dan pemberdayaan ekonomi perempuan melalui tiga arah strategis:
- Replikasi model program di wilayah pesisir lain di Kepulauan Riau;
- Pembentukan koperasi perempuan pesisir sebagai wadah ekonomi sirkular bersama, dan;
- Penguatan riset dan monitoring akademik untuk mengukur dampak sosial-ekologis program jangka panjang.
Seminar ditutup dengan sesi penyerahan cindera mata kepda masing—masing narasumber, DKP, FIKP UMRAH, Yayasan Care Peduli, dan YEKR, disaksikan oleh perwakilan pemerintah daerah, mitra swasta, dan kelompok masyarakat penerima manfaat.

Dokumentasi: penyerahan cinderamata ke pamateri
Kegiatan The Blue Legacy bukan sekadar ajang akademik, tetapi momentum untuk merayakan semangat kolaborasi lintas sektor — antara ilmu pengetahuan, kebijakan publik, dan aksi masyarakat. Program ini menegaskan bahwa ketahanan pesisir dimulai dari pemberdayaan perempuan dan pelestarian lingkungan.
“The Blue Legacy adalah warisan biru untuk generasi mendatang — warisan tentang laut yang lestari, perempuan yang berdaya, dan masyarakat pesisir yang tangguh,” ujar perwakilan panitia penutup acara dengan penuh harap.

